B.J Habibie Sang Penyempurna Rumus Pesawat Udara

B.J Habibie, merupakan Presiden ketiga Republik Indonesia. Bachruddin Jusuf Habibie atau akrab disapa B.J Habibie lahir di Parepare Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. Beliau merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Djalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo.

Habibie kecil sudah memiliki prinsip tegas dari masa kanak-kanaknya berkat didikan dari sang ayah. Masa kecil Habibie dihabiskan bersama saudara-saudaranya di Pare-pare. Sulawesi Selatan.

Ayah dari B.J Habibie menderita sakit jantung dan meninggal pada 3 September 1950, saat habibie masih berumur 14 tahun saat itu.

Tak lama setelah ayahnya meninggal Habibie pindah ke Bandung untuk melanjutkan sekolahnya di Gouverments Middlebare School. Di SMA beliau sudah mulan menonjol secara prestasi dalam berbagai keilmuan, terutama dalam pelajaran-pelajaran eksakta, Habibie mulai menjadi sosok favorit dikalangannya. Setelah tamat SMA di Bandung tahun 1954, beliau masuk Universitas Indonesia di Bandung (sekarang ITB).

Beliau mendapat gelar Diploma dari Technische Hochshule, Jerman tahun 1960 yang kemudian dilanjutkan dengan gelar Doktornya dari tempat yang sama pada tahun 1965.

Habibie memutuskan menikah pada tahun 1962 dengan Asri Ainun dan dikaruniai dua orang anak. Pada tahun 1967, Habibie menjadi Profesor kehormatan (Guru Besar) pada Institut Teknologi Bandung.

Salah satu yang membuat namanya termahsyur adalah karena sumbangsihnya terhadap teknologi pesaat udara yang berkecimpung dalam kedirgantaraan yang ada di Indonesia, juga penemuan dan teorinya tentang pesawat terbang yang diakui oleh dunia sebagai penyempurna dari adanya pesawat terbang, penemuan yang dikenal sebagai Crack Progession Theory dan Habibie Theorism.

Itu yang membuat sosok B.J Habibie disegani di dunia penerbangan dan mendapat julukan Mr. Crack sebelum ditemukannya teori tersebut, pesawat udara masih sering mengalami kecelakaan lantaran adanya fatigue material struktur pesawat udara sulit untuk terdeteksi sehingga mengakibatkan crack dan jatuh.

Karena sumbangsihnya, ilmuan kelas dunia ini berhasil meraih banyak penghargaan di berbagai dunia. Teorinya sering dipakai untuk memprediksi Crack Propragassion Point atau letak awal retakan pada pesawat, terutama yang sering terjadi dibagian sayap pesawat yang menjadi penyangga utama pesawat terutama ketika dalam melakukan take off (lepas landas), landing (mendarat) dan juga ketika mengalami turbulensi.

Dari semua hal itu baik secara langsung maupun tidak, jasa-jasa dan pemikiran Habibie dalam membuat teknologi di dunia penerbangan lebih maju, tetapi juga jauh lebih aman dan nyaman ketimbang beberapa tahun sebelumnya.

Seperti yang dikatakan Carl Sagan, somewhere, something incredible is waiting to be known. Dan Pak Habibie telah menuntun kita untuk semakin dekat dengan sesuatu yang hebat itu.

Selamat jalan, Bacharuddin Jusuf Habibie.

Loading

Share: