Langit pagi itu berwarna oranye kemerahan, memantulkan kehangatan yang seolah ingin menyelimuti dunia. Angin sejuk menyapu lembut wajah Dara, yang berdiri di beranda rumah kecilnya di pinggiran kota. Hari pertama tahun 2025, pikirnya. Sebuah awal baru.
Dara menyesap teh hangat dari cangkir keramik kesayangannya. Pikirannya melayang ke tahun-tahun sebelumnya yang penuh kegaduhan. Pekerjaan yang menekan, hubungan yang kandas, dan kelelahan yang tak kunjung usai. Namun hari ini berbeda. Dara telah memutuskan untuk mengubah semuanya.
Semalam, saat lonceng tengah malam berbunyi, ia menuliskan sebuah janji di atas selembar kertas:
“Aku akan memulai hidup baru, melangkah dengan hati yang ringan, dan mencari kebahagiaan sejati.”
Kertas itu kini terlipat rapi di saku piyamanya. Dengan tekad yang membara, Dara mulai menyiapkan diri untuk langkah pertama. Ia mengenakan pakaian olahraga dan berlari kecil menuju taman di dekat rumah. Jalanan masih lengang, hanya ada beberapa burung yang berkicau di dahan pohon.
Di taman, ia bertemu seorang pria tua yang sedang merapikan tanaman. Wajahnya penuh kerut, tapi matanya bersinar cerah.
“Selamat pagi, Nak. Tahun baru, ya? Apa rencanamu hari ini?” tanya pria itu ramah.
Dara tersenyum. “Pagi, Pak. Saya ingin memulai hidup baru. Mencoba hal-hal yang sebelumnya saya takut lakukan.”
Pria tua itu mengangguk bijak. “Bagus sekali. Hidup adalah perjalanan, bukan tujuan. Kalau begitu, nikmati setiap langkahmu.”
Kata-kata itu menancap di hati Dara. Ia melanjutkan larinya dengan semangat baru. Langit semakin cerah, dan di ufuk timur, matahari bersinar hangat, seolah memberi restu pada niatnya.
Saat kembali ke rumah, Dara membuka laptopnya. Ia mulai merancang rencana kerja baru, menghubungi teman lama, dan mencari komunitas untuk bergabung. Hidup baru, pikirnya, tidak perlu sempurna. Yang penting, ia melangkah.
Hari pertama di tahun 2025 terasa seperti mimpi yang indah. Dara menyadari bahwa kebahagiaan bukanlah sesuatu yang ditemukan, tetapi sesuatu yang diciptakan dengan hati yang penuh harapan.