Sudah bukan rahasia umum kalau Banten kerap menjadi buah bibir dalam perbincangan nasional. Namun, sayangnya, pembicaraan ini lebih sering berkisar pada sisi negatif, terutama menyangkut korupsi. Banten seolah menjadi panggung bagi perilaku menyimpang para petinggi yang haus akan kekuasaan dan materi. Ironisnya, rakyat Banten pun ikut terseret dalam citra negatif ini, padahal pelaku utama jelas adalah oknum-oknum elit yang mengkhianati amanah.
Mengapa saya menggunakan istilah “syahwat” untuk menggambarkan korupsi di kalangan para petinggi? Karena hasrat mereka untuk meraup keuntungan pribadi seolah tidak pernah terpuaskan. Ini lebih dari sekadar pelanggaran hukum, ini adalah penyakit moral yang menggerogoti sendi-sendi pemerintahan dan masyarakat. Seperti predator, mereka tidak bisa menahan diri untuk tidak terlibat dalam korupsi, seakan ada dorongan tak tertahankan untuk terus melakukannya.
Budaya korupsi yang sudah mendarah daging ini memperlihatkan betapa lemahnya integritas sebagian besar pejabat di Banten. Mereka tidak hanya mencuri uang rakyat, tetapi juga menghancurkan kepercayaan masyarakat terhadap institusi publik. Tidak heran jika setiap kali muncul skandal korupsi, masyarakat menjadi semakin apatis dan skeptis terhadap perubahan yang dijanjikan.
Korupsi di Banten ini juga memperlihatkan kegagalan dalam penegakan hukum yang konsisten. Oknum-oknum yang terlibat sering kali hanya mendapatkan hukuman ringan, sementara dampak korupsi mereka merugikan rakyat secara luas. Aparat penegak hukum seolah bersekongkol dengan para koruptor, sehingga menciptakan lingkaran setan yang sulit diputus.
Inilah sebabnya saya menyebut ini sebagai “syahwat” korupsi. Mereka yang seharusnya menjadi pelayan publik, malah tenggelam dalam nafsu pribadi. Banten tidak butuh pejabat yang hanya memikirkan diri sendiri. Rakyat Banten butuh pemimpin yang jujur, yang benar-benar peduli pada kesejahteraan mereka, dan yang bisa memutus mata rantai korupsi yang telah mengakar kuat di tanah ini.
Sudah saatnya masyarakat Banten bangkit, tidak hanya mengutuk, tetapi juga menuntut perubahan nyata. Mari kita hentikan syahwat korupsi ini sebelum menghancurkan masa depan generasi berikutnya.