Namaku Hamzah Sutisna, kali ini akan membahas tentang nama “Tam Lihe”, yang menjadi nama Penaku.
Awal mulanya terinspirasi dari penulis terkenal yaitu bung Tere Liye. Ketika saya membaca beberapa karyanya dan ikut menyimak beberapa kelas onlinenya, membuat saya terinspirasi, apalagi ketika ia mengungkapkan satu kata yang bisa ia ramu menjadi sesuatu yang luar biasa.
Dari sana terfikir untuk membuat nama berbeda tapi yang mengandung pengucapan serupa alias rada-rada mirip.
Setelah memikirkan sekitar 3 harian, tergambar sebuah nama kecilku, yaitu: Atam. Saya cek arti nama ini, tidak muncul istilah menarik. Makanya hanya dipakai nama “Tam”-nya saja.
Tam sendiri bisa menjelaskan sebuah singkatan dari “Technologi Acceptance Model”, merupakan sebuah bentuk persepsi atau model penerimaan teknologi terbarukan.
Melihat bung Tere ada nama Liye nya, saya terinspirasi juga supa nama itu menjadi dua kalimat. Muncul ide untuk nama terakhir, yaitu “Lihe” dari penyebutan yang hampir mirip dengan “Liye”, hanya beda Y dan H saja. Setelah di cek kembali ternyata memang ada istilah Lihe itu, walau dalam bahasa yang berbeda yang berartikan “kapan”, sebuah bentuk pertanyaan tentang “waktu”.
Akhirnya saya putuskan nama pena saya: Tam Lihe, menjadi nama pena sementara yang mempunyai Filosofi tentang sebuah perjalan seseorang dari kecil menjadi sosok yang mampu menguasai dan menerima semua jenis model teknologi. Itu saya sematkan di karya pertama saya berupa buku puisi berjudul “Setelah Kepergianmu”.
Harapan dari nama “Tam Lihe” ini tentunya semoga saya bisa mampu terus berkembang mengikuti zaman dan karya-karya yang dihasilkan. Mampu menjembatani semua orang untuk terus melaju dan berkembang, serta karya-karya kecil yang dihasilkan menjadi inspirasi untuk generasi yang akan datang.